Desa Dawuhan yang terletak diwilayah Kecamatan Tenggarang lebih tepatnya di Kabupaten Bondowoso yang disebelah timur berbatasan dengan Desa Tangsil Kulon, disebelah selatan berbatasan dengan Desa Lojajar dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Gebang dan disebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tenggarang merupakan perbatasan dari Desa Dawuhan. Desa Dawuhan berasal dari dua kata yaitu Desa dan Dawuhan. Nama Dawuhan sendiri berasal dari wilayah desa yang membentuk bendungan, yang dimana ada tiga aliran sungai yang bertemu menjadi satu aliran sehingga dapat disebut sebagai tempat bertemunya tiga aliran sungai. Pada mulanya di desa Dawuhan, terdapat enam bujuk yang mempunyai peran penting dalam ekspansi wilayah Dawuhan, anatara lain: Bujuk Sorang, Bujuk Tina, Bujuk Seno, Bujuk Paras, Bujuk Jidur, Bujuk Kuning. Keenam bujuk tersebut diperkirakan berasal dari pulau Madura. Desa Dawuhan terbagi menjadi 4 dusun diantarnya adalah Dusun Krajan, Dusun Dawuhan Batu, Dusun Timur Sawah, Dusun Selatan Sawah yang dimana perdusun terdepat dua kepala dusun (kasun) kecuali Dusun Krajan.
Sampai saat ini tercatat sepuluh kepala desa yang sudah menjabat, diantaranya:
Desa Dawuhan ini terbentuk sekitar tahun 1700 an pada zaman kerajaan majapahit, ada seorang pengembara dari madura memberi nama debuhan yang berarti bendungan karena menurut cerita, desa ini dulu berasal dari bendungan yang sangat luas yang kemudian terbentuk menjadi desa debuhan atau yang sekarang dikenal dengan desa dawuhan. Desa dawuhan kecamatan tenggarang kabupaten bondowoso terbentuk berdasarkan cerita turun temurun dan riwayat dari para sesepuh desa. Awalnya desa ini dikenal dengan nama jambeur yang kemudian berganti nama menjadi dawuhan setelah ada seorang tokoh bernama Ki Ageng Dawuh. Nama Dawuhan sendiri merujuk pada “Dawuhan” atau “Dam” dalam bahasa jawa yang dibangun pada masa penjajahan belanda untuk mengairi sawah.
Desa Dawuhan ditemukan oleh tokoh Bujuk Paras dan Bujuk Sorang, dua sosok yang dikenal luas oleh masyarakat sekitar pada masa sebelum tahun 1945. Latar belakang penamaan Desa Dawuhan berasal dari kondisi geografisnya yang memiliki sumber air melimpah. Desa terdekat dengan Dawuhan adalah Desa Gebang, yang pada awalnya merupakan bagian dari wilayah Desa Dawuhan. Mata pencaharian masyarakat di Desa Dawuhan mayoritas rata-rata bermata pencaharian sebagai petani karena letak geografisnya kebanyakan lahan sawah. Selain sebagai petani, masyarakat disana juga ada yang bekerja sebagai PNS ataupun TNI namun hanya sebagian atau minoritas.
Beberapa infrastruktur yang pertama dibangun di Desa Dawuhan adalah tugu pancasila sebagai pembatas antara Desa Dawuhan dan Desa Gebang. Lembaga pendidikan yang berada di Desa Dawuhan adalah Sekolah Dasar. Sekolah Dasar yang pertama kali didirikan adalah SD Negeri Dawuhan yang dibangun pada tahun 90 an yang terletak di Dusun Krajan. Masjid yang pertama kali dibangun adalah Masjid Al Huda yang terletak di dusun Selatan Sawah. Masjid ini menjadi lokasi kegiatan keagamaan, seperti beribadah dan tempat kegiatan mengaji oleh anak-anak. Balai Desa Dawuhan pertama kali dibangun pada masa jabatan Kepala Desa ke-4 yaitu Bapak Surahya. Balai ini menjadi pusat administrasi dan musyawarah desa, serta lokasi pelaksanaan program-program pemerintah. Perkembangan ini berlanjut ke layanan kesehatann. Desa Dawuhan membangun polindes pada tahun 1980 an.
Perkembangan infrastruktur desa terus berjalan, termasuk pengaspalan jalan di Desa Dawuhan yang dilakukan pada tahun 1980 an, hal ini membantu dan memudahkan warga setempat pergi ke beberapa tempat baik untuk bekerja, bersekolah, berdagang, maupun mengkases layann publik seperti pasar, balai desa, sekolah, dan lain sebagainya. Sebelumnya, jalanan masih dalam kondisi bebatuan. Hal ini mempengaruhi kenyamanan warga selama perjalanan misalnya jalanan dalam kondisi licin ketika hujan dan berdebu saat musim kemarau sehingga dalam melaluinya harus dengan ekstra hati-hati agar tidak tergelincir di antara celah bebatuan. Sebelum adanya sepeda motor transportasi yang digunakan warga setempat adalah dokar. Tak kalah penting, kehadiran para tokoh agama yang dihormati turut memperkuat nilai spiritual dan moral masyarakat Desa Dawuhan. Beberapa tokoh agama berada disetiap masing-masing dusun. Di Dusun Selatan Sawah bernama H. Ahmad. Di Dusun Timur Sawah bernama H. Tayyib. Di Dusun Dawuhan Batu bernama Bapak Toha. Di Dusun Krajan bernama Bapak Ahmad. Para tokoh ini berperan besar dalam membina warga melalui kegiatan keagamaan seperti pengajian, dakwah, dan lain sebagainya.
Adanya pembinaan-pembinaan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi warga desa pun turut disambut dengan antusiasme warganya. Sebagai contoh, rutinan kumpulan kelompok tani yang menjadi salah satu kegiatan yang diikuti warga desa sebagai wadah pengembangan perencanaan di bidang pertanian serta sebagai momen mempererat tali silaturahmi antar warga.